"MARHAEN YANG DI RINDUKAN"
Kendari_06_JANUARI_2023 TERSIMPAN RAPI SEBUAH RINDU DALAM RUMAH YANG NAMPAK RAPUH. rumah yang rapuh kembali memanggil seluruh insan yang terbentuk dalam dinamika dalam rumah yang hari-hari semakin terkikis usia, rumah yang kokoh nan indah tinggal sejarah di masa lampau di mana keharmonisan dalam rumah semakin hancur di mulut rayap-rayap kapitalis yang esoknya harinya menantikan posisi birokrat yang jadi mimpi masa depan.
Keindahan masa lampau menjadi bayang-bayang setiap setiap anggota dan kader yang lahir dalam situasi keterpurukan akibat keserakahan waktu yang menikmati hidangan masa lalu dan melahirkan manusia-manusia dalam tuntutan hak dalam pemberdayaan kader tanpa penyelesaian tanggung jawab terhadap rumah yang semakin rapuh.
Waktu yang berputar menjadi bukti frustasinya ranting-ranting organisasi yang menampakkan lemahnya sebuah kecintaan dan membuat kesimpulan dalam diri atas sebuah kebencian terhadap dimanika yang seharusnya membentuk bukannya menjadikan ia pergi dan menghilang dari tanggung jawab serta tanggung jawab dalam rumah yang hanya di berikan kepada ia yang menjadi titipan harapan setiap mereka yang ada dalam rumah yang rapuh.
Rumah adalah tempat kita di bentuk dalam segi karakter dan kepribadian hingga pada sebuah cita-cita, dan tidak ada alasan bagi seorang manusia untuk pergi dan tidak akan kembali ke rumah,karena rumah adalah tempat di mana kita di ajarkan untuk berjalan sampai bisa berlari dan hari ini engkau berlari dan tak punya alasan lagi untuk kembali.
Sebuah harapan dari manusia-manusia tabah yang masih bertahan dalam rumah itu ialah " Pulanglah wahai saudaraku,rumah yang dulu harmonis nan indah kini telah terkikis usia dan hampir rapuh, ia membutuhkan jerih mu dalam terciptanya kokoh"
Ayolah bung dan sarinah ia merindukan harmonimu di tengah bayang-bayang masa lalu, tiada keindahan selain kokoh karena satu,selain kuat karna satu,karena kita di persatukan oleh MARHAEN yang selalu kita teriakan kemenangannya dalam setiap hajatan.
Kini hari semakin larut dalam indahnya kata pecah dalam merdunya nanyian sentimen sesama Bung dan SARINAH yang semakin hari semakin merdu dalam nyanyian setiap lingkaran diskusi,lalu terbesik sebuah pertanyaan kecil dalam benak,apakah kita akan seterusnya seperti ini, ataukah kita akan kembali membersihkan sampah dalam rumah,.?
Sebuah kesimpulan tertarik dalam fenomena ini adalah, harapan akan adanya masa di mana kita akan bersendu dalam riak atas terciptanya kata "satu tanpa adanya pecah,menjatuhkan,dan menuju satu arah dalam kata sepakat"
Komentar
Posting Komentar